Jakarta – Presiden RI Prabowo Subianto menggelar dialog terbuka dengan pimpinan organisasi kemasyarakatan, tokoh lintas agama, konfederasi serikat buruh, dan perwakilan partai politik di Istana Negara, Jakarta, Senin (1/9). Pertemuan yang berlangsung sejak sore hingga malam itu menjadi ajang penyampaian kritik, masukan, sekaligus aspirasi rakyat secara langsung kepada Presiden. (2/9/2025)
Ironisnya, dialog berlangsung di tengah gelombang demonstrasi yang masih terus terjadi di berbagai titik ibu kota. Ribuan mahasiswa, buruh, dan elemen masyarakat turun ke jalan menyuarakan tuntutan serupa: penghentian gaya hidup mewah pejabat, transparansi kebijakan, hingga percepatan pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) yang dinilai pro-rakyat.
Dalam pertemuan di Istana, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI), Andi Gani Nena Wea, menegaskan pentingnya RUU Perampasan Aset dan RUU Ketenagakerjaan sebagai jawaban nyata atas keresahan masyarakat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Beliau berjanji RUU Perampasan Aset segera dibahas, begitu pula RUU Ketenagakerjaan yang diminta buruh. Presiden minta Ketua DPR langsung memproses, dan partai-partai setuju untuk dibahas segera,” ujar Andi Gani kepada wartawan.
Nada serupa juga disampaikan Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal, yang menyoroti pentingnya menjaga ruang demokrasi melalui aksi unjuk rasa. Menurutnya, demonstrasi adalah saluran aspirasi sah ketika jalur formal lamban merespons.
“Demo harus tetap konstitusional dan anti-kekerasan. Presiden menyetujui prinsip itu,” kata Said.
Di sisi lain, tokoh lintas agama turut memberi warna dalam dialog. Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Pendeta Jacklevyn Frits Manuputty, menilai pertemuan berlangsung transparan dan terbuka.
“Kami bicara soal pajak yang memberatkan rakyat, korupsi, perilaku pejabat, flexing, hingga tunjangan DPR. Semua ditanggapi Presiden dan Ketua DPR,” ungkap Jacky.
Meski dialog di Istana memberi ruang diskusi elit dan simbol silaturahim, demonstrasi di jalanan menunjukkan betapa keresahan rakyat masih menggelora. Pertemuan yang ditutup dengan doa lintas agama itu belum cukup meredam aksi massa yang menilai janji-janji pemerintah masih perlu dibuktikan.
Kini, publik menanti, apakah komitmen yang diucapkan di balik tembok Istana benar-benar akan mengalir menjadi kebijakan nyata, atau justru semakin memperlebar jurang antara ruang dialog resmi dan suara lantang demonstran di jalanan. (Khairul Misbah)









