MALUTEKSPOSE | Halmahera Selatan — Nama Dr. Muhammad Kasuba, MA. tak bisa dilepaskan dari sejarah pembangunan Halmahera Selatan. Lahir di Desa Bibinoi, Pulau Bacan, ia dikenal bukan sekadar sebagai Bupati dua periode (2005–2015), tetapi juga sebagai arsitek kebijakan pendidikan dan kesehatan gratis yang mengubah wajah daerah pasca-konflik menjadi daerah penuh harapan.
Bangkit dari Luka Konflik
Konflik horizontal yang melanda Maluku Utara pada 1999–2001 meninggalkan luka sosial dan ekonomi yang dalam.
Saat banyak wilayah masih terjebak dalam trauma, Muhammad Kasuba tampil membawa semangat rekonsiliasi dan pembangunan inklusif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kebijakannya kala itu tidak semata fokus pada pembangunan fisik, melainkan pada pemulihan sosial dan rekonsiliasi masyarakat. Ia menempatkan pendidikan dan kesehatan sebagai pintu utama pemulihan, dengan keyakinan bahwa perdamaian sejati hanya lahir dari rakyat yang sehat, berpendidikan, dan sejahtera.
Pendidikan dan Kesehatan Gratis: Ikon Pembangunan Sosial
Dua program besar yang hingga kini masih dikenang masyarakat adalah pendidikan gratis dan kesehatan gratis. Kebijakan tersebut menjadi simbol keberpihakan Kasuba kepada rakyat kecil, sekaligus bukti bahwa kepemimpinan sejati bukan diukur dari kekuasaan, tetapi dari pengabdian.
Data mencatat, angka partisipasi sekolah meningkat dari 72% menjadi 92%, sementara angka putus sekolah turun di bawah 5%. Lebih dari 600 mahasiswa Halsel berhasil menempuh pendidikan tinggi di berbagai universitas ternama berkat program beasiswa daerah.
Di sektor kesehatan, angka kematian ibu dan bayi menurun hingga 27%, disertai pembangunan 19 puskesmas baru, penambahan 150 tenaga medis, serta perluasan layanan ke 42 desa terpencil.
Ribuan warga Halsel menjadi saksi bahwa kebijakan pro-rakyat mampu mengubah wajah daerah kepulauan yang sempat tertinggal.
Membangun dari Basis Sosial dan Nilai Kemanusiaan
Bagi Muhamad Kasuba, pembangunan sejati tidak hanya tentang gedung tinggi dan jalan beraspal, melainkan tentang senyum anak-anak yang bisa sekolah tanpa takut biaya serta ibu-ibu yang dapat berobat tanpa rasa cemas.
Selama kurang lebih 10 tahun itu Dr. Muhammad Kasuba membangun basis sosial, pendidikan, kesehatan, dan jaminan sosial, kemudian memperkuat sektor ekonomi sebagai penopang tumbuhnya kesejahteraan di Halsel.
Kebijakan tersebut sejalan dengan visi nasional, “Wajib Belajar 12 Tahun dan Jaminan Kesehatan Nasional” yang diterjemahkan dengan pendekatan lokal khas daerah kepulauan pada waktu itu
Penguatan Ekonomi dan Tata Pemerintahan Bersih
Selain sektor sosial, Muhammad Kasuba juga membangun fondasi ekonomi rakyat berbasis pertanian, perikanan, dan UMKM. Program bantuan alat pertanian, modal usaha kelompok nelayan, dan pelatihan wirausaha kecil menjadi motor penggerak ekonomi dari bawah.
Kebijakan itu membuat pertumbuhan ekonomi Halsel meningkat stabil, sementara ketimpangan sosial menurun signifikan.
Dalam tata kelola pemerintahan, Halmahera Selatan meraih Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada 2015 — bukti komitmen terhadap transparansi dan profesionalisme birokrasi.
Kiprah Politik dan Dedikasi Nasional
Usai memimpin Halsel, Muhammad Kasuba tetap aktif dalam dunia politik nasional. Ia menjabat sebagai Ketua DPP PKS Bidang Pembinaan Wilayah Indonesia Timur, posisi strategis yang membawanya memperjuangkan pemerataan pembangunan di kawasan timur Indonesia. Menurutnya, “tanpa kawasan timur, tak ada artinya Indonesia.”
Suara dan perannya di tingkat nasional menjadi corong bagi wilayah kepulauan yang selama ini jarang terdengar di pusat kebijakan.
Warisan yang Tetap Hidup
Warisan kebijakan pendidikan dan kesehatan gratis kini menjadi standar moral pemerintahan di Halmahera Selatan. Program itu terus dilanjutkan dan dikembangkan oleh generasi penerus, termasuk di era Bupati Hasan Ali Bassam Kasuba.
Warisan tersebut bukan sekadar program kerja, melainkan nilai kemanusiaan dan keadilan sosial — bahwa kesejahteraan sejati berawal dari manusia yang sehat, cerdas, dan berdaya.
Penutup
Sejarah mencatat, di masa Halmahera Selatan berjuang bangkit dari luka konflik dan keterbelakangan, hadir seorang pemimpin yang menata kembali arah pembangunan dengan hati, keberanian, dan pengabdian.
Dr. Muhammad Kasuba bukan sekadar nama dalam daftar bupati, tetapi simbol perubahan sosial dan kemanusiaan di jazirah selatan Maluku Utara. Ia meninggalkan pesan bahwa kekuasaan sejati adalah pengabdian, dan pengabdian yang tulus akan selalu hidup dalam ingatan rakyat Halmahera Selatan.









