Maluku Utara — Ketua Ikatan Keluarga Tobelo–Galela Halsel (IKA TOGALE), Halifat Wahid Barnabas, S.Ag., M.Pd., mengeluarkan kecaman keras terhadap gelombang serangan akun-akun anonim yang menyeret nama almarhum KH. Gani Kasuba dalam pusaran polemik politik.Ia menyebut aksi tersebut sebagai tindakan biadab politik murahan yang mencoreng kehormatan adat Maluku Utara.
Menurut Halifat, pola serangan tersebut tidak hanya menunjukkan kualitas moral para pelakunya, tetapi juga mengindikasikan adanya mesin buzzer yang bekerja teratur untuk menciptakan kegaduhan setelah kritik DPRD terhadap Gubernur Malut, Sherly Tjoanda.
“Ini bukan sekadar komentar liar. Ini operasi yang terstruktur untuk menyerang kehormatan keluarga dan merusak tatanan adat Moloku Kie Raha. Menyeret orang yang sudah wafat adalah tindakan paling rendah yang bisa dilakukan siapa pun,” tegas Halifat, Kamis (15/11/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ia menilai para buzzer itu bertindak tanpa etika, tanpa identitas jelas, dan tidak memahami batas adat yang selama ini menjadi penopang hidup masyarakat Maluku Utara.
“Buzzer-buzzer ini tidak tahu diri. Mereka tidak memahami adat, tidak mengenal sopan santun, dan berani memfitnah tokoh besar yang sudah tiada. Perilaku seperti ini tidak lahir dari kultur kita, ini racun yang dibawa masuk oleh pihak yang ingin memecah-belah,” katanya.
Halifat menegaskan bahwa almarhum KH. Gani Kasuba adalah figur besar yang dihormati lintas etnis dan lintas komunitas. Ia menyebut para penghujat sebagai kelompok pengecut yang bersembunyi di balik nama palsu.
“Yang mereka lakukan adalah pencemaran nama baik tokoh agama, tokoh adat, dan tokoh masyarakat. Ini bukan hanya serangan terhadap keluarga Kasuba, tetapi terhadap seluruh masyarakat Tobelo–Galela. Jangan salah, masyarakat kami tidak mudah ditarik ke permainan politik kotor semacam ini,” ujarnya.
Ia juga menyinggung adanya indikasi akun-akun tersebut beroperasi dari luar Maluku Utara dengan tujuan jelas, mengacaukan stabilitas sosial dan memanfaatkan perbedaan politik untuk memperuncing konflik.
“Kami menduga kuat ini bukan suara masyarakat Maluku Utara. Ini operasi dari kelompok luar yang ingin merusak rumah besar Moloku Kie Raha. Dan kami tidak akan membiarkan kehormatan adat diinjak-injak,” tegasnya.
Halifat meminta aparat penegak hukum segera menelusuri identitas para pelaku dan mengambil tindakan.
“Fitnah pada tokoh agama dan tokoh adat bukan hal sepele. Negara harus hadir. Jangan biarkan ruang digital kita dikuasai oleh figur-figur gelap yang hanya bisa menyerang dari balik layar,” katanya.
Ia menutup pernyataannya dengan seruan tegas kepada masyarakat:
“Ini saatnya menjaga marwah. Warisan leluhur tidak boleh dikorbankan oleh ambisi politik siapa pun. Budaya hormat kita bukan untuk ditawar, apalagi diinjak oleh buzzer.” tutupnya *









